Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Beritasiber.id – Jakarta, Dalam teologi Kristen, “marturia” (bahasa Yunani: μαρτυρία, marturia) memiliki arti “kesaksian” atau “testimoni”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan tindakan memberikan kesaksian tentang iman Kristen, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
Dalam Perjanjian Baru, marturia digunakan untuk menggambarkan kesaksian para murid Yesus tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Para murid dipanggil untuk menjadi saksi-saksi tentang apa yang mereka lihat dan alami bersama Yesus (Kisah Para Rasul 1:8).
https://vt.tiktok.com/ZS6v6oogj
Tiktok Official PWGI
Marturia memiliki beberapa aspek:
- Kesaksian tentang iman: Marturia adalah tindakan memberikan kesaksian tentang iman Kristen, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
- Kesaksian tentang Yesus: Marturia adalah kesaksian tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.
- Kesaksian melalui hidup: Marturia juga dapat diartikan sebagai kesaksian melalui hidup sehari-hari, yaitu dengan menunjukkan kasih, kebaikan, dan keadilan dalam interaksi dengan orang lain.
Dalam prakteknya, marturia dapat diwujudkan dalam berbagai cara, seperti:
- Memberikan kesaksian tentang iman kepada orang lain
- Berbagi pengalaman rohani dengan orang lain
- Menunjukkan kasih dan kebaikan kepada orang lain
- Berpartisipasi dalam kegiatan misi dan pelayanan
Apa hubungan marturia dengan kerygma dalam teologia Kristen ?
Dalam teologi Kristen, marturia dan kerygma memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya merupakan konsep penting dalam teologi Kristen yang terkait dengan penyebaran Injil dan pembentukan komunitas Kristen.
Kerygma
Kerygma (bahasa Yunani: κήρυγμα, kērygma) berarti “pemberitaan” atau “pengkhotbah”. Dalam teologi Kristen, kerygma merujuk pada pemberitaan Injil tentang Yesus Kristus, yaitu tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Kerygma adalah inti dari pemberitaan Kristen yang bertujuan untuk memanggil orang-orang untuk percaya kepada Yesus Kristus.
Marturia
Marturia (bahasa Yunani: μαρτυρία, marturia) berarti “kesaksian” atau “testimoni”. Dalam teologi Kristen, marturia merujuk pada kesaksian tentang iman Kristen yang diberikan oleh orang-orang yang telah mengalami pengalaman rohani dengan Yesus Kristus. Marturia adalah tindakan memberikan kesaksian tentang iman Kristen kepada orang lain.
Hubungan antara Marturia dan Kerygma
Marturia dan kerygma memiliki hubungan yang sangat erat karena keduanya terkait dengan penyebaran Injil dan pembentukan komunitas Kristen. Berikut beberapa cara hubungan antara marturia dan kerygma:
1. Kerygma sebagai dasar marturia: Kerygma adalah pemberitaan Injil yang menjadi dasar bagi marturia. Orang-orang yang telah mendengar pemberitaan Injil (kerygma) kemudian dapat memberikan kesaksian (marturia) tentang iman Kristen mereka.
2. Marturia sebagai bukti kerygma: Marturia dapat dianggap sebagai bukti bahwa pemberitaan Injil (kerygma) telah berdampak pada kehidupan orang-orang. Kesaksian (marturia) tentang iman Kristen dapat membuktikan bahwa Injil telah berubah menjadi kekuatan yang hidup dalam kehidupan orang-orang.
3. Kerygma dan marturia sebagai proses yang berkelanjutan: Kerygma dan marturia adalah proses yang berkelanjutan. Pemberitaan Injil (kerygma) dapat memicu kesaksian (marturia) tentang iman Kristen, yang kemudian dapat memicu pemberitaan Injil (kerygma) yang lebih luas.
Dalam keseluruhan, marturia dan kerygma memiliki hubungan yang sangat erat dalam teologi Kristen. Keduanya terkait dengan penyebaran Injil dan pembentukan komunitas Kristen, dan keduanya merupakan proses yang berkelanjutan.
Apa bentuk kerygma dalam peradaban digital ?
Dalam peradaban digital, bentuk kerygma dapat beragam dan berubah-ubah seiring dengan perkembangan teknologi. Berikut beberapa contoh bentuk kerygma dalam peradaban digital:
Bentuk Kerygma dalam Peradaban Digital
1. Konten Digital
Konten digital seperti artikel, blog, video, podcast, dan media sosial dapat digunakan sebagai sarana kerygma. Konten digital dapat dibuat dan disebarluaskan dengan mudah, sehingga dapat menjangkau audiens yang lebih luas.
2. Media Sosial
Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube dapat digunakan sebagai sarana kerygma. Media sosial memungkinkan kita untuk berbagi konten, berinteraksi dengan audiens, dan membangun komunitas.
3. Podcast
Podcast adalah sarana kerygma yang efektif, karena dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memungkinkan kita untuk berbagi konten yang lebih mendalam.
4. Video Online
Video online seperti YouTube, Vimeo, dan TikTok dapat digunakan sebagai sarana kerygma. Video online memungkinkan kita untuk berbagi konten yang lebih visual dan menarik.
5. Aplikasi Mobile
Aplikasi mobile seperti aplikasi Alkitab, aplikasi doa, dan aplikasi komunitas dapat digunakan sebagai sarana kerygma. Aplikasi mobile memungkinkan kita untuk berbagi konten dan membangun komunitas secara lebih efektif.
6. Situs Web
Situs web dapat digunakan sebagai sarana kerygma, karena memungkinkan kita untuk berbagi konten yang lebih luas dan membangun komunitas.
7. Email
Email dapat digunakan sebagai sarana kerygma, karena memungkinkan kita untuk berbagi konten dan membangun komunitas secara lebih efektif.
8. Komunitas Online
Komunitas online seperti forum, grup Facebook, dan grup WhatsApp dapat digunakan sebagai sarana kerygma. Komunitas online memungkinkan kita untuk berbagi konten, berinteraksi dengan audiens, dan membangun komunitas.
Dalam peradaban digital, kerygma dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Namun, perlu diingat bahwa kerygma tetap harus dilakukan dengan cara yang sopan, hormat, dan tidak menyinggung orang lain.
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia atau disingkat dengan PWGI adalah wadah atau organisasi pers yang memiliki visi dan misi mengembangkan Marturia dan Kerygma di peradaban digital. Sebagai wadah berkumpul para wartawan gereja untuk mengembangkan dirinya menjadi para pewarta yang berorientasi untuk menjadi Saksi Kristus dengan Membangun Kerajaan Allah Dengan Jurnalisme.
Mewujudkan fungsi Marturia dan Kerygma di peradaban digital ini, Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia atau disingkat dengan PWGI aktif mengadakan Pelatihan Pelatihan Jurnalistik untuk mengambangkan Literasi digital anggotanya, gereja dan masyarakat.
Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dengan efektif dan bijak dalam mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi. Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif melalui media digital.
Beberapa aspek penting dari literasi digital adalah:
1. Kemampuan menggunakan perangkat digital seperti komputer, tablet, dan smartphone.
2. Kemampuan mencari dan mengevaluasi informasi online.
3. Kemampuan menggunakan aplikasi dan software digital.
4. Kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif melalui media digital.
5. Kemampuan memahami dan menghormati etika digital dan privasi online.
Literasi digital sangat penting dalam era digital saat ini, karena banyak aspek kehidupan kita yang bergantung pada teknologi digital. Dengan memiliki literasi digital yang baik, kita dapat:
1. Meningkatkan kemampuan belajar dan mencari informasi.
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi.
3. Meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
4. Meningkatkan kemampuan memahami dan menghormati etika digital dan privasi online.
Namun, literasi digital juga memiliki beberapa tantangan, seperti:
1. Kesenjangan digital antara mereka yang memiliki akses ke teknologi digital dan mereka yang tidak.
2. Keterampilan digital yang kurang memadai.
3. Ketergantungan pada teknologi digital yang berlebihan.
4. Ancaman keamanan dan privasi online.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi digital, serta mengembangkan strategi untuk meningkatkan akses ke teknologi digital dan meningkatkan keterampilan digital.
Berikut beberapa cara untuk meningkatkan literasi digital:
1. Pelatihan dan pendidikan: Ikuti kursus atau pelatihan tentang literasi digital, seperti penggunaan komputer, internet, dan aplikasi digital.
2. Praktik dan pengalaman: Gunakan teknologi digital secara teratur untuk meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri.
3. Akses ke sumber daya: Pastikan memiliki akses ke sumber daya digital, seperti komputer, internet, dan perangkat mobile.
4. Komunitas dan jaringan: Bergabung dengan komunitas atau jaringan yang memiliki minat sama dalam literasi digital.
5. Sumber daya online: Manfaatkan sumber daya online, seperti tutorial, video, dan artikel, untuk meningkatkan keterampilan digital.
6. Kolaborasi dan berbagi: Berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain untuk meningkatkan literasi digital secara bersama-sama.
7. Pengembangan keterampilan: Fokus pada pengembangan keterampilan digital, seperti penggunaan aplikasi, pengeditan foto, dan pengembangan website.
8. Penggunaan teknologi yang aman: Pelajari cara menggunakan teknologi digital dengan aman, seperti mengatur privasi, menggunakan kata sandi yang kuat, dan menghindari phishing.
9. Pengembangan kritis: Kembangkan keterampilan kritis dalam mengevaluasi informasi digital, seperti membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat.
10. Pengembangan budaya digital: Kembangkan budaya digital yang positif, seperti menghormati privasi orang lain, menggunakan teknologi digital dengan bertanggung jawab, dan menghindari perilaku yang tidak etis.
Literasi digital sangat penting dalam melawan hoaks karena beberapa alasan:
1. Mengidentifikasi sumber informasi: Literasi digital membantu kita membedakan antara sumber informasi yang kredibel dan tidak kredibel.
2. Mengevaluasi informasi: Literasi digital membantu kita mengevaluasi informasi yang kita temukan secara online, sehingga kita dapat membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat.
3. Menghindari penyebaran hoaks: Literasi digital membantu kita menghindari penyebaran hoaks secara tidak sengaja, karena kita dapat membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat.
4. Meningkatkan kritisisme: Literasi digital membantu kita meningkatkan kritisisme kita terhadap informasi yang kita temukan secara online, sehingga kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak.
5. Mengembangkan kemampuan analitis: Literasi digital membantu kita mengembangkan kemampuan analitis kita, sehingga kita dapat menganalisis informasi yang kita temukan secara online dan membuat keputusan yang lebih bijak.
Dalam melawan hoaks, literasi digital juga dapat membantu kita:
1. Mengenali tanda-tanda hoaks: Literasi digital membantu kita mengenali tanda-tanda hoaks, seperti informasi yang tidak akurat, gambar yang telah diedit, dan lain-lain.
2. Menggunakan alat-alat verifikasi: Literasi digital membantu kita menggunakan alat-alat verifikasi, seperti fact-checking, untuk memverifikasi informasi yang kita temukan secara online.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis: Literasi digital membantu kita mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh hoaks.
Dalam keseluruhan, literasi digital sangat penting dalam melawan hoaks, karena membantu kita mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menghindari penyebaran hoaks, serta meningkatkan kritisisme dan kemampuan analitis kita.
(Dirangkum dari beberapa sumber)